Google+

Kopi Radix Wahida

Saatnya Anda menjaga kebugaran tubuh dengan menikmati secangkir ramuan kopi dan herbal berkhasiat. Mengandung pasak bumi yang dipercaya sejak dulu dapat meningkatkan stamina.

Belanja Online Mudah dan Aman

Kami dapat menjamin bahwa produk-produk yang kami jual sudah mendapat izin BPOM dan halal. Ini bukan penipuan atau penjebakan.

Habbasauda Extra Propolis

Habbasauda extra propolis diproses secara Cool Pressed kemudian dikemas dalam bentuk softgel untuk menjaga keutuhan kandungan nutrisi.

Rossen-T

Perhatikan tubuh cantik Anda! Masih idealkah bentuk tubuh Anda? Anda ingin tetap terlihat cantik dan ramping? Rahasianya ada di Rossen-T

Omega 3 Fish Oil

Dapatkan pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit bersama suplemen Omega 3 Fish Oil.

Nirdiab

Terbuat dari bahan herbal pilihan, Nirdiab menjadi pilihan tepat untuk menurunkan gula dalam darah Anda serta meringankan penderita diabetes (kencing manis).

Terapi Bekam (Ijamah)

Produk-produk Wahida telah dipercaya serta digunakan secara luas selama bertahun-tahun untuk mengatasi masalah kesehatan dengan cara pengobatan Thibbun Nabawai.

Spirulina

Spirulina Wahida dikembangkan dari Spirulina platensis yang aman dikonsumsi semua umur dan memiliki kandungan gizi tinggi, diproduksi dengan standar kualitas yang terjaga dan higienis.

Tampilkan postingan dengan label herbal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label herbal. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Februari 2013

Imunisasi-Vaksin Gagal Selamatkan Anak Indonesia

Stop vaksin, selamatkan anak Indonesia, sekarang juga! Demikian tuntutan dalam aksi & orasi yang dilakukan oleh Sharia4Indonesia –Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan– di Bunderan HI, Sabtu (23/07/2011). Dalam aksi tersebut, masyarakat dibukakan matanya bahwa ternyata vaksin atau imunisasi yang selama ini dijalankan untuk menyehatkan anak Indonesia telah gagal. Untuk itu, stop vaksin, selamatkan anak Indonesia, sekarang juga!

Vaksin gagal sehatkan bangsa, ganti sekarang juga!

Pagi itu, Sabtu (23/07/2011) Bunderan HI, telah ramai dikunjungi para peserta aksi & orasi yang diselenggarakan oleh Sharia4Indonesia –Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan. Para peserta yang berpakaian hitam putih ini membawa pelbagai spanduk dan atribut aksi yang sangat simpatik, seperti bendera Islam (Al Liwa dan Ar Raya) juga bendera masing-masing ormas.

Sekitar pukul 08.30 aksi dan orasi dimulai dengan sambutan dari Sharia4Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Ustadz M Fachry. Dalam sambutannya disampaikan rasa syukur, Alhamdulillah, serta terima kasih kepada semua pihak yang telah bersinergis untuk menyampaikan kebenaran bahaya vaksin dan perlunya umat Islam khususnya dan bangsa ini pada umumnya untuk kembali kepada vaksin atau imunisasi khas Islam, yakni dengan kembali kepada pengobatan ala Rasulullah SAW (Thibbun Nabawi).

Acara selanjutnya dipandu oleh Ustadz Abu Shofi, juga dari Sharia4Indonesia yang langsung mempersilakan satu persatu orator untuk naik ke ‘panggung’ menyampaikan pandangannya tentang bahaya vaksin.

Tampil dengan sangat meyakinkan Ustadz Alfian Tanjung, Ketua Umum Taruna Muslim. Beliau menyampaikan bahwa kewajiban stop vaksin sudah tidak dapat ditunda lagi alias harus dilakukan sekarang juga. Menurut beliau, vaksin adalah skandal sadis konspirasi medis. Untuk itu, beliau menyerukan agar umat Islam mengutuk konspirasi vaksin yang merupakan kejahatan dalam bidang kesehatan.

Di sela-sela orasi, para peserta yang terus berdatangan tampil bersemangat dengan meneriakkan yel-yel stop vaksin. Ketika orator meneriakkan kata “vaksin”, maka serentak para peserta menyambut dengan kata “go to hell”. Ketika orator menyebutkan kata tahnik, ASI, bekam, dan herbal sebagai solusi vaksin, maka para peserta lagsung menyambut dengan kata “yes”.

Semua ingin vaksin dihentikan, kembali ke pengobatan ala Nabi SAW

Umat Islam sepakat untuk stop vaksin. Berbagai komponen umat yang hadir dalam aksi & orasi stop vaksin di Bunderan HI kemarin, Sabtu (23/07/2011) menyerukan kata yang sama, yakni stop vaksin, selamatkan anak Indonesia, sekarang juga.

Front Pembela Islam (FPI), di samping turun dengan sejumlah massa, mereka secara khusus juga menurunkan para muslimahnya yang tergabung dalam Mujahidah Pembela Islam (MPI). Dengan penuh semangat, para ummahat ini membentangkan spanduk dan berorasi stop vaksin. Di antara bunyi spanduk tersebut adalah : “Ayo selamatkan bayi Indonesia dari vaksin babi, anjing, dan monyet” juga “Vaksin Halal, Yes…Vaksin Haram, No”.

Setelah itu, secara bergantian para orator, baik dari kalangan ustadz, ustadzah, maupun praktisi dan ahli Pengobatan ala Rosul (Thibbun Nabawy) memberikan orasi. Ada Ustadz Abdul Malik SH, MBA (IPN), Ustadz Sulaiman (PTDI), dr. Henny Zenial, Drh. Susintawati (S4i), Ustadzah Usroh (MPI), Ustadzah Jenny Biki (Persis), Ustadz Beni Muchtar Biki, Ustadzah Ummu Salamah SH, Hajjam (S4i), Ustadz Abdullah (MM), dan  Ustadz Purwo Uwo (HPA), Ustadz M Hakimuddin (ABI).

Dari kalangan muda tampil sebagai orator Akh Deny dari Fos Armi, Bogor. Tidak mau ketinggalan, dari kalangan sepuh tampil habib Shibab Anggawi dari Front Pembela Islam (FPI) juga ikut menjadi orator dan membakar semangat para peserta untuk bersatu stop vaksin dan menggantinya dengan imunisasi ala nabi, yakni dengan tahnik dan ASI untuk bayi, serta bekam dan herbal untuk remaja dan dewasa.

Di sesi akhir, Ustadz M Al Khaththath, sekjen FUI ikut memberikan orasi yang juga menyerukan stop vaksin dan kembali kepada syariat Islam, yakni pengobatan ala Nabi SAW., jika umat Islam sebagai komponen terbesar bangsa ini mau maju.

Aksi dan orasi stop vaksin, selamatkan anak Indonesia ditutup oleh pernyataan sikap atau pres rilis oleh Ustadz Ahmad dari Sharia4Indonesia-Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan, yang dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Ustadz Alfian Tanjung. Semoga umat Islam segera sadar akan bahaya vaksin dengan menyetopnya sekarang juga, agar anak Indonesia bisa selamat dan jaya di kemudian hari. Insya Allah.

Sumber : voa-islam.com

Jumat, 23 November 2012

Ditemukan Obat Anti-Kolesterol dan Kanker Asli Indonesia

jahe
Potensi sumber bahan baku obat di Indonesia sangat melimpah, tapi sayang belum banyak yang tergali secara maksimal. Padahal, dari sekian banyak sumber bahan baku alami obat ini, menurut peneliti utama pada Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Hanafi, telah ditemukan obat antikanker dan antikolesterol.

"Tumbuhan dan mikroba tersebut antara lain Garcinia (apel Jawa), Curcuma (kunyit), Hedyotis (rumput mutiara), Pseudomonas (bakteri gram negatif yang banyak ditemukan di tanah dan air), dan Streptomyces (bakteri gram positif yang menghasilkan spora)," ujar Muhammad Hanafi dalam orasi ilmiahnya yang disampaikan dalam pengukuhan gelar profesornya di Auditorium LIPI, Jumat, 23 November 2012.

Menurut Hanafi, temuan berupa obat herbal atau fitofarmaka itu berupa ekstrak aktif dari tumbuhan dan mikroba yang telah diisolasi dan diidentifikasi senyawa aktifnya. Hasil isolasi tersebut berupa zat kalanon, UK-3A, dan phenazina serta sintesis turunan dan analognya memiliki potensi menghambat perkembangan sel kanker.

Hasil uji praklinis atau tahap pengujian yang dilakukan sebelum uji klinik pada manusia, yang telah dilakukan Hanafi, menunjukkan bahwa senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut mampu menurunkan jumlah sel kanker. "Sayangnya, senyawa tumbuhan dan mikroba tersebut masih bersifat toksik atau racun," uajr Hanafi.

Tidak hanya itu, seyawa turunan yang terdapat dalam tumbuhan dan organisme tersebut yang dikenal dengan nama Lovastatin atau Lipistatin memiliki potensi sebagai obat antikolesterol. Karena itu, kata Hanafi, penting sekali penelitian ini dilanjutkan ke tahap uji klinis, terutama mengingat manfaatnya di bidang kesehatan dan kehidupan manusia.

Hanafi menambahkan, untuk mengembangkan potensi bahan obat utama dari alam (tumbuhan dan mikroba) untuk dijadikan obat antikanker dan antikolesterol diperlukan skala prioritas dan tindakan yang fokus. "Diperlukan pula komunikasi lebih awal, intensif, serta komitmen dengan pihak industri farmasi guna melancarkan komersialisasi hasil penelitian yang sedang dan telah dicapai," ujar Hanafi.

Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki potensi alam sangat besar, dengan jumlah keanekaragaman tumbuhan mencapai 30 ribu spesies. Dengan jumlah itu, tidak heran Indonesia disebut sebagai megacenter dari biodiversitas dunia. Dari jumlah itu pula, sebanyak 9 ribu tanaman di Indonesia memiliki khasiat obat.

Sumber : tempo.co

Kamis, 12 Juli 2012

Pengobatan dengan bahan alami

Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbaru menunjukkan bahwa 80 persen populasi di negara maju mencoba terapi akupunktur dan homeopati. Survei lain pada 2010 menunjukkan bahwa 74 persen mahasiswa kedokteran Amerika Serikat percaya bahwa pengobatan Barat akan memberi manfaat lebih jika mengombinasikannya dengan terapi dan praktek pengobatan tradisional.

"Orang-orang di negara maju mulai melirik pengobatan tradisional," kata James Tam, pendiri dan Dekan School of Biological Science and Director of Drug Discovery, Nanyang Technology University, Singapura, dalam acara yang digelar P&G di Puncak belum lama ini. Menurut dia, ada tren "East meet West" dalam dunia pengobatan yang berkembang saat ini.

"Salah satu yang digemari adalah pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat," kata Tam. Menurut dia, ada ribuan tanaman obat yang manfaatnya telah diketahui. Namun satu dari sekian banyak tanaman obat yang sering digunakan adalah ginseng. Tanaman ini sudah tercatat dalam daftar obat tradisional Cina sejak 2.000 tahun silam. Ginseng putih tak perlu diproses dan akan kering dengan sendirinya, sementara ginseng merah harus direbus terlebih dulu, tapi dipercaya memiliki khasiat lebih. (sumber : www.tempo.co)

Pengobatan dengan menggunakan bahan alami atau yang lebih dikenal dengan istilah obat herbal tengah menjadi perhatian  saat ini. Bahkan produsen obat-obat konvensional kini banyak mengeluarkan versi obat herbalnya. Sebagai contoh obat batuk merk terkenal kini ada versi herbalnya.

Obat herbal kini telah mendapat tempat di masyarakat termasuk para dokter dan praktisi kesehatan. Terlebih lagi setelah mengenal efek jangka panjang dari obat-obatan kimiawi. Obat herbal juga menjadi obat alternatif bagi mereka yang telah mencoba berbagai macam obat namun tidak memberikan efek yang signifikan. Obat herbal juga sering digunakan sebagai obat pendamping obat kimia.

Jumat, 23 September 2011

Obat Herbal Kurang Cespleng, Benarkah?

Mendengar kata herbal, apa yang terlintas di benak Anda? Kendati masyarakat telah turun-temurun memanfaatkannya dalam pengobatan, herbal tetap saja lebih inferior ketimbang obat konvensional. Betulkah ia kurang cespleng?

Menjawab pertanyaan tersebut, ahli herbal, Dr dr Amarullah H Siregar FBIHom DIHom DNMed menyodorkan sejumlah argumentasi ilmiah. Belajar naturopati di Inggris dan Amerika, ia mendapati banyak sekali daun, akar, ataupun benalu tumbuhan yang berkhasiat obat. "Di lain sisi, seperti yang diumumkan WHO pada awal 2006 lalu, 1035 obat yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat sepanjang tahun 1989 sampai 2000, tiga perempatnya ternyata tak memiliki makna mengobati."

Di Indonesia, obat dari bahan alami mayoritas masih masuk dalam kelas jamu dan obat herbal terstandar. Baru lima saja yang telah berada di golongan fitofarmaka terbukti memiliki khasiat serupa obat konvensional. "Padahal, hampir semua obat bisa disubstitusi dengan bahan alami," komentar dokter yang mendalami naturopati ini.

Sebut saja, antibiotik. Sesuai namanya, antibiotik berarti antibiota. "Saat dikonsumsi, bakteri baik yang hidup di saluran pencernaan juga ikut terbunuh," ungkap Amarullah dalam Media Discussion Sehat dengan Herbal yang digelar Deltomed, Rabu (19/5) lalu, di Jakarta.

Ini berarti penggunaan antibiotik malah memunculkan masalah kesehatan yang baru. Orang yang mendapatkan antibiotik jangka panjang otomatis membutuhkan suplemen yang dapat menyuburkan kembali populasi bakteri sahabat saluran cerna. "Kalau ditunggu, ia baru bisa mencapai jumlah yang cukup setelah 48 sampai 54 hari kemudian," kata Amarullah yang juga konsultan homeopathic medicine.

Lalu, sekarang, mari simak bagaimana meniran menjalankan perannya sebagai antibiotik alami. Amarullah menuturkan, meniran pintar mengenali sumber masalah. "Hanya bakteri jahat saja yang ditumpasnya."

Namun, sebetulnya, bukan bahan aktif meniran yang berperang secara langsung. Meniran justru mendorong tubuh untuk bisa menyembuhkan diri sendiri. "Meniran mengaktifkan produksi kelenjar timus di paru-paru dan meningkatkan pasokan sel limfosit T yang berkaitan dengan ketangguhan imunitas hingga mampu mematikan bakteri jahat di tubuh," urai dokter naturopati jebolan Clayton College of Natural Health, Birmingham, Amerika Serikat.

Begitu keluhan hilang, konsumsi meniran bisa dihentikan. Tidak seperti antibiotik konvensional yang memang harus diminum sampai habis sesuai jumlah dan dosis yang diresepkan. "Obat herbal andaikan tak dibutuhkan tubuh akan langsung keluar melalui urine, tidak akan menumpuk di dalam tubuh," urai dokter yang memiliki klinik di Ragunan, Jakarta Selatan, ini.

Lebih lanjut, Amarullah mengajak masyarakat agar mengubah paradigmanya. Berobat bukan cuma menghilangkan gejala yang dikeluhkan. "Carilah kesembuhan dengan melacak akar penyakitnya." Amarullah mencontohkan kasus darah tinggi. Tak bijak jika penyakit ini cuma diredakan atau distabilkan dengan obat. "Akar penyakitnya ada di ginjal dan organ itulah yang mesti dikembalikan vitalitasnya."

Persoalannya, spesialis jantung dan kardiovaskular bukan dokter ginjal. Pasien harus ke dokter lain untuk mendapatkan pengobatan. "Sementara itu, dalam naturopati, ilmu kedokteran ini memperlakukan tubuh manusia sebagai satu kesatuan hingga tidak luput merevitalisasi ginjal pasien darah tinggi," kata Amarullah yang dipercaya menyusun kurikulum mata kuliah naturopati di Indonesia.

Obat herbal, lanjut Amarullah, tersedia juga untuk kondisi akut. Contohnya, obat batuk, pilek, serta radang tenggorokan pada anak. "Sudah tersedia dalam bentuk sirup dengan isi ekstrak jahe, cengkeh, lengkuas, kapulaga, dan kunyit yang berefek antiradang lalu dipermanis dengan madu atau gula aren."

Seiring dengan meredanya batuk, pilek, serta radang tenggorokan, Amarullah mengimbau agar sistem imunitas diperkuat. Untuk itu, antibodi harus digenjot. "Bisa dengan mengonsumsi meniran." Untuk pencegahan serangan batuk pilek berulang, Amarullah memberikan tips sederhana.
Minum saja bandrek. "Bisa juga dengan mencampur setengah serbuk bandrek dengan jahe plus lengkuas ketika terasa suara mulai parau dan bindeng."

Republika.co.id

Jumat, 15 Oktober 2010

Jadikan makananmu sebagai obat

Jadikan makananmu sebagai obat. Kata-kata tabib Yunani kuno bernama Hippocrates itu begitu populer di dunia kesehatan. Pesan itulah yang kemudian mendorong para ilmuwan mencari tahu manfaat makanan bagi kesehatan tubuh.

Berikut sejumlah makanan herbal yang bermanfaat untuk sistem pencernaan, seperti dikutip dari laman Times of India.

Jahe
Jahe mengandung gingerol aktif. Kandungan yang membuat rasa jahe panas, pedas, inilah yang bermanfaat untuk memberikan efek penyembuhan. Jahe sering digunakan untuk terapi kesehatan, yang bekerja pada sistem pencernaan dengan mendorong sekresi enzim pencernaan.

Adas (Fennel)
Adas mengandung anethole. Kandungan ini mampu merangsang sekresi cairan pencernaan dan lambung. Adas juga mengandung asam aspartat, yang bertindak sebagai zat antikembung. Tidak heran, jika kemudian banyak orang memiliki kebiasaan mengunyah biji adas setelah makan. Adas cukup populer disebut 'after mint'.

Yoghurt
Yoghurt mengandung probiotik yang memberi manfaat positif untuk sejumlah aktivitas di dalam usus, seperti memproduksi laktase, membunuh bakteri berbahaya, dan meningkatkan fungsi saluran pencernaan.

Fenugreek
Daun dan biji Fenugreek membantu mengatasi gangguan pencernaan, seperti meredakan sembelit dan mengatasi perut kembung. Memakan biji Fenugreek yang telah direndam semalam dikata cukup ampuh mengatasi gangguan pencernaan.

Daun Mint
Tanaman herbal ini juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pencernaan seperti perut mulas, dan perut kembung. Selain mengobati mual, daun mint bermanfaat merangsang nafsu makan dan meredakan sakit kepala. Teh peppermint juga dapat membantu menenangkan tenggorokan kering.

Daun salam
Selain sebagai penyedap masakan, tanaman herbal ini sering dimanfaatkan untuk mengobati migren, dan meredakan stres. Di samping itu, daun salam juga bermanfaat melancarkan sistem pencernaan dan membantu sistem pembuangan racun tubuh.

Sumber : vivanews.com

Rabu, 07 April 2010

Fluoride Dalam Pasta Gigipun Menyimpan Bahaya

Menggosok gigi merupakan kebiasaan mutlak diperlukan bagi kesehatan. Kebiasaan ini bahkan diajarkan sejak kita masih kecil dengan tujuan agar gigi kita tetap sehat. Sejak dulu, produk pasta gigi erat sekali dengan kandungan fluoride yang tak bisa dipungkiri merupakan salah satu zat yang dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan kesehatan gigi. Namun bagaimana sebenarnyadampak fluoride bagi kesehatan?

Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250 hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut, sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.

Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi. Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya. Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan pasta gigi.

Kadar penggunaannya memiliki ambang batas yang bisa membahayakan dari efek paparan bila digunakan berlebihan dan tidak sesuai anjuran. Dari literatur yang ada, fluoride dalam kadar berlebihan berakibat sebaliknya dan harus diawasi terutama pemberian terhadap anak-anak yang cenderung menelan odol pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu. Bukan hanya dari pasta gigi, kandungan fluoride juga bisa didapat dari konsumsi makanan tertentu dan tersedia dalam bentuk suplemen yang justru sasaran pemberiannya anak-anak.

Bahaya Fluoride

Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan bom atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada penggunaan yang salah.

Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka. Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan pernafasan bahkan kanker.

Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan.

Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm dari sebelumnya sekitar 1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut.

Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta, mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi penggunaannya.

Berhati-hatilah dengan pasta gigi si kecil.

Berdasarkan riset, pasta gigi yang digunakan si kecil (apalagi yang ditambahkan perasa buah untuk memikat anak) terbukti memiliki kandungan yang cukup membahayakan. Fluoride yang ditambahkan pada pasta gigi bisa menimbulkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Apalagi, jika si kecil doyan mengisap habis pasta gigi yang rasanya enak.

Sejak tahun 1960-an, penggunaan fluoride pada pasta gigi menjadi perdebatan panjang di kalangan ilmuwan. Sebagian dari mereka yakin bahwa fluoride dapat membantu menjaga kesehatan gigi. Kelompok yang menentangnya berargumen bahwa penggunaan fluoride dapat menimbulkan berbagai efek samping yang berbahaya.

Pada dasarnya, pasta gigi mengandung berbagai jenis fluoride. Fluoride yang banyak digunakan adalah jenis sodium monofluoro fosfat (MFP) dan sodium fluoride (NaF). Menurut Iman Firmansyah, Tim Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta Public Interest Research and Advocacy Center (LKJ PIRAC), di Indonesia, kandungan fluoride pada pasta gigi anak ternyata cukup besar, yaitu antara 800-1500 ppm. Padahal di beberapa negara, batas maksimal kandungan fluoride mulai dikurangi. Contohnya, di negara Eropa, Australia, dan New Zealand kandungan fluoride berkisar 250-500 ppm.

Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung fluoride.

Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko kesehatan yang akan dideritanya kelak. kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul, badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.

Sementara, menurut ahli gigi India dari Maulana Azad Medical College (MAMC) Dr Pakaj Goel, pasta gigi yang mengandung fluoride tidak cocok digunakan untuk anak-anak di bawah umur empat tahun. Pakaj menambahkan, jika pasta gigi berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya terhambat. Bahkan, Dr Mahesh Verma, Kepala Pusat Penelitian Gigi MAMC menyebutkan, literatur medis melarang pemberian pasta gigi berfluoride kepada anak-anak di bawah umur lima tahun.

Menurut Iman, riset Tim Peneliti LKJ-PIRAC) pada September-Oktober 2002 terhadap kandungan fluoride dan pengamatan kemasan pasta gigi anak menyimpulkan bahwa dari sembilan produk yang diuji, delapan merek pasta gigi yang beredar menggunakan fluoride di atas 1000 ppm. Hanya satu produk mengandung floride di bawah 500 ppm.”Namun, pasta gigi itu ternyata produk impor dari Australia,” ungkapnya.

Tim peneliti juga menemukan terdapat perbedaan jumlah kandungan fluoride yang signifikan antar hasil uji laboratorium dengan penghitungan teoritis berdasarkan pelabelan dalam kemasan. Bahkan, ada satu merek pasta gigi yang tak mencantumkan kadar fluoridenya.

Iman juga menemukan, hanya satu produk yang melengkapi kemasannya dengan peringatan pihak produsen atas bahaya yang akan terjadi bila anak menelan fluoride. Namun, peringatan disajikan dalam bahasa Inggris. Juga hanya satu produk yang melengkapi kemasannya dengan petunjuk penggunakan seberapa banyak pasta gigi yang boleh digunakan untuk anak. ”Petunjuk itu disajikan dalam bahasa Inggris juga,” ujarnya.

Sementara, As’ad Nugroho, koordinator program PIRAC menyatakan, pihaknya menuntut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) untuk menurunkan standar kandungan fluoride pada pasta gigi, khususnya untuk anak-anak dari 800-1500ppm menjadi 250-500 ppm. ”Badan POM harus segera menginstruksikan penarikan seluruh produk pasta gigi anak yang masih mengandung fluoride lebih dari 500 ppm,” tegasnya.

PIRAC juga meminta para produsen menghilangkan penambahan rasa yang dapat meningkatkan keinginan anak-anak untuk menelan pasta gigi saat mereka menggosok gigi. Mereka juga mendesak produsen pasta gigi anak memberikan peringatan dan keterangan dalam kemasannya mengenai batas aman pasta gigi yang digunakan anak.

Semoga kita lebih cerdas dalam memili pasta gigi. Alternatif yang lebih baik dan lebih sesuai sunnah mungkin dengan menggunakan siwak. Semoga menjadi ide cerdas bagi kita semua. (idc)

Dikutip oleh www.suaramedia.com

Pakailah Pasta Gigi Non Fluoride Herbs Dent

Merupakan pasta gigi terbuat dari Siwak, ekstrak cengkeh dan bebas Fluoride. Siwak adalah ranting tanaman yang dikenal sebagai alat pembersih gigi sejak jaman dulu. Terdapat banyak species yang digunakan sebagai ranting kunyah, tetapi yang paling banyak digunakan adalah dari tanaman salvadora persica yang tumbuh disekitar mekkah dan kawasan timur tengah pada umumnya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...